Titian Nabi

Royal Brunei, 2002.

Umurnya baru menginjak angka lima belas sewaktu Attar
mengetuk pintu hatinya. Dengan kekuatan cinta, Attar berhasil
memaksanya memutar anak kunci yang melekat di daun pintu
tabir jiwanya yang tertutup rapat. Attarlah yang membimbing
jiwanya memasuki taman cinta kasih yang dipenuhi aneka ragam
tanaman beraroma harapan. Attarlah yang menjadikan
malam-malamnya berhias mimpi-mimpi indah.

Zahra, itulah panggilan untuk gadis itu.

Setiap wanita pasti memiliki susuk 'Attar'-nya, akan duduk
termenung sendiri, dan kadangkala harus menghiburkan dirinya
dengan senyuman atau senandung kecil. Apalagi di kala
keheningan malam telah sempurna, dan hawa dingin
menyelimuti peraduan, di saat itulah jiwa memerlukan
kelembutan sapanya.

Novel sastera Islami Titian Nabi ini mengangkat perjuangan hati
dan cinta suci Zahra dan Attar. Namun cinta mereka tidaklah
tulus, sebab terdera akan perpisahan kerana Attar melanjutkan
pelajarannya ke Mesir. Apakah kukuh cinta suci yang
dipersaksikan pada tiga negeri, Indonesia, Mesir, dan Tanah Suci
itu? Sanggupkah bahtera cinta mereka menahan amukan badai
yang menerjang? Selamatkah cinta mereka berlabuh ke tepi
dermaga atau terus tenggelam di tengah samudera?